Pada pelaksanaanya nanti, Telkmsel-PBNU berkolaborasi menjaga digital teritori dan menyelenggarakan pelatihan bagi pendakwah. Selanjutnya, menyediakan sarana bagi para pendakwah untuk menebarkan konten keislaman dan keindonesiaan yang tidak bertentangan dengan ketentuan agama dan UU yang berlaku.
Kerja sama tersebut juga untuk memperkuat program next dept dan Indonesia next yang selama ini sudah dijalankan PT Telkom Indonesia. Intinya, Telkom dan PBNU ingin masyarakat menjalankan kedaulatan digital melalui dakwah yang rahmatan lil alamin.
Hadir pada kesempatan itu Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, Sekjen PBNU H Helmy Faishal Zaini, Direktur Utama Telkomsel Setiyanto Hantoro, Direktur HCM Telkomsel Muharam Prabowo Mukti, Senior Vice President Corporate Secretary Telkomsel Andi Agus Akbar dan seluruh jajaran manajemen Telkomsel.
Direktur Utama Telkomsel Setiyanto Hantoro mengatakan Telkomsel berkomitmen memfasiltiasi pendakwah menyebarkan kebaikan berdasarkan perkembangan dunia digital. Segmentasi milenial menjadi sasaran utama Telkomsel dan PBNU dalam melaksanakan kerjasama tersebut.
Menurutnya, PBNU dan Telkomsel saling mendukung memperkuat komitmen konten keislaman dan keindonesiaan di dunia digital.
“Ladang perjuangannya masing-masing tapi saling mendukung, ya Kiai,” ucapnya kepada Kiai Said.
Tantangan digital, kata dia, adalah tingkat keterbukaan dunia digital yang tinggi. Pihaknya sulit membatasi konten yang negatif. Karenanya, Telkomsel berupaya terbuka kepada semua ajakan kebaikan. Telkomsel mendukung dakwah tersebut dengan keahlian Telkomsel yang dimiliki.
“Karena kita di Indoensia yang mendukung ya pasti konten keindonesiaan,” ujarnya.
Di tempat yang sama, Kiai Said Aqil Siroj mengatakan, dakwah adalah mengajak ke jalan yang benar. Jika mengajak kepada jalan yang sesat tidak bisa disebut dakwah. Menurut Kiai Said, ajakannya itu tentu mengarah kepada nilai-nilai kebenaran berdasarkan ajaran islam.
“Nah, agama Islam dinul dakwah, dinu risalah, agama misir, agama dakwah,” kata Kiai Said.
Cara dakwah, ucap Pengasuh Pesantren Al-Tsaqafah ini, sudah termaktub dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 125. Ud’u ilā sabīli rabbika bil-ḥikmati wal-mau’iẓatil-ḥasanati wa jādil-hum billatī hiya aḥsan. Artinya, lanjut Kiai Said, ajaklah manusia ke jalan Allah, ke jalan yang benar dengan bijak, wisdom, dengan kearifan, jauh dari caci maki jauh dari mengumpat, apalagi intimidasi, teror dan memaksa.
“Itu Qur’an tegas sekali. Suatu ketika ada sahabat namanya Al-Hasyim Al-Khadraji, anaknya tidak mau masuk Islam. Dirayu, diajak di lobi gak mau. Akhirnya si Ayah ini habis kesabarannya. Saya bunuh kamu, begitu ada seorang ayah menteror anaknya turun ayat Al-Qur’an la iqroha fi din, tidak boleh ada kekerasan ada teror ada intimidasi, mengancam dalam hal agama,” tuturnya.
Pewarta: Abdul Rahman Ahdori