Menurut Kiai Said apa pun modelnya, berdakwah harus dengan hikmah. Artinya, berdakwah disampaikan dengan bijak, tidak meneror, menakut-nakuti, mencaci maki dan mengumpat.
Hal itu tentu berdasarkan ketentuan yang diajarkan Islam. Sebab, Nabi Muhammad SAW sendiri tidak pernah memberikan contoh berdakwah dengan cara menakut-nakuti atau meneror para jamaah. Apalagi berdakwah dengan tidak berdasarkan ilmu pengetahuan agama yang mumpuni.
“Berdakwahlah dengan hikmah. Sejarah Nabi Muhammad pun, beliau tidak pernah sama sekali. Tidak pernah meneror, tidak nakut-nakutin orang lain, tidak pernah. Bahkan Al-Qur’an sendiri mengatakan walau syā`allāhu laja’alakum ummataw wāḥidataw wa lākiy yuḍillu may yasyā`u wa yahdī may yasyā`, wa latus`alunna ‘ammā kuntum ta’malụn,” ucap Kiai Said di hadapan ratusan pegawai Telkomsel.
Artinya, lanjut Kiai Said, jika Allah mengendaki umat di dunia ini hanya satu agama mungkin saat ini umat di dunia terdiri satu agama saja. Nyatanya, Allah SWT tidak menghendaki kehidupan di dunia ini diisi satu umat. Termasuk Rasulullah pun dilarang Allah memaksa umatnya agar mengikuti kehendak nabi dan rasul terakhir tersebut.
“Kamu Muhammad akan memaksa manusia agar mausia beriman dengan islam, tidak boleh Muhammad, Allah tidak menghendaki. Biarkan agama ini beragam, biarkan budaya ini beragam,” tuturnya.
Kiai Said menegaskan, keragaman merupakan sunatullah yang telah dipola oleh Allah SWT. Pada intinya, berdakwah tidak boleh bertentangan dengan hikmah yang telah Allah sebutkan dalam surat An-Nahl ayat 125 yakni Ud’u ilā sabīli rabbika bil-ḥikmati wal-mau’iẓatil-ḥasanati wa jādil-hum billatī hiya aḥsan.
“Bahkan ada ayat lagi mengatakan kezaliman yang paling puncak adalah kekerasan dengan atas nama agama. Wa man adhlamu min maniftaro ala Allah il Kadziba wa hua yudhalul islam. Kalau berantem soal rebutan warisan kedudukan itu buruk tapi ada lagi yang lebih buruk dan dzalim yakni melakukan kerusakan atas nama Islam,” katanya.
Solusi atas fenomena dakwah digital yang saat ini terjadi, kata Kiai Said adalah dengan meniru cara berdakwah para Walisongo. Mereka mendakwahkan Islam sampai ke penjuru Nusantara dengan tidak melakukan pemaksaan apalagi kekerasan.
“Walisongo harus kita tiru, mereka mengislamkan masyarakat Jawa yang saat itu non-Muslim. Hanya lima tahun, Islam sudah berdiri di Jawa,” tegasnya.
Kemudian, dakwah sendiri kata Kiai Said, yaitu mengajak ke jalan yang benar. Jika mengajak kepada jalan yang sesat tidak bisa disebut dakwah. Ajakannya itu tentu mengarah kepada nilai-nilai kebenaran berdasarkan ajaran islam.
Pewarta: Abdul Rahman Ahdori