Islam yang mempunyai sifat Rahmatan Lil ‘Alamin, merupakan rahmat bagi semesta alam, termasuk dan terutama kepada manusia seluruhnya tanpa kecuali. Manusia mempunyai tingkatan derajat yang juga dikenalkan Allah sebagai Sang Pencipta Segalanya melalui Islam, maka ajarannya bersifat moderat.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa. Di situ menunjukkan bahwa ada tingkatan-tingkatan taqwa yang disanding oleh manusia, walaupun manusia sendiri tidak pernah tahu tingkatan taqwanya masing-masing. Manusia juga tidak tahu hitungan secara matematis bagaimana Allah menentukan tingkatan taqwa manusia.
Pun dalam tingkatan strata sosial yang dibangun oleh society di wilayah kelompok-kelompok masyarakat, baik wilayah kecil RT, Desa sampai pada yang namanya negara. Ada tukang becak, ada petani, pedagang, makelar tanah dan mobil, tukang gigi dan lain sebagainya. Islam sangat moderat dan mampu menjawab kegelisahan, permasalahan yang terjadi di dalamnya.
Dalam teori afdhaliyyah, bahwa segala sesuatu di dunia ini tidak berada pada satu tataran, yaitu ada tingkatan sifat dan posisi yang dapat dijadikan parameter untuk mengutamakan sesuatu di atas yang lain. Ada kebenaran, kebaikan dan keindahan yang lebih, sedang, kurang dan sebagainya untuk dijadikan bahan pemikiran, pertimbangan untuk dijadikan skala prioritas yang akan dijalani maupun dilakukan oleh manusia.
Kebenaran yang dipahami oleh seseorang hingga menjadi sebuah keyakinan yang dipegangnya juga ada tingkatannya. Seseorang mengetahui kebenaran bahwa apel berwarna merah. Maka ketika orang tersebut berkelana, belajar dan melihat bahwa ada juga apel yang berwarna hijau, berarti kebenaran yang lalu akan meningkat menjadi lebih luas lagi. Begitu pula dalam kebaikan dan keindahan. Tiga hal tersebut merupakan parameter utama untuk memilih skala prioritas dalam menjalani kehidupan.
Kemoderatan Islam yang menjadi ajaran hidup manusia menjadikan manusia bebas memilih di antara sekian banyak hal di dunia ini, mana yang paling utama untuk dirinya, untuk keluarganya, untuk kelompok masyarakat yang seseorang ada di dalamnya, hingga kelompok masyarakat bernama negara.