Teknologi yang berkembang saat ini memungkinkan masyarakat hidup dalam dunia digital. Terlebih generasi muda nyaris tidak bisa dipisahkan dengan aktivitas digital. Maka sudah saatnya literasi digital masuk ke kurikulum pendidikan di Indonesia.
Generasi muda saat ini rela melakukan apa saja baik positif maupun negatif demi konten digital di media sosial. Hal ini menjadi tantangan dalam dunia pendidikan untuk mengawal dan memberikan pengajaran bagaimana menggunakan teknologi digital dengan bijak, belajar dari sumber yang jelas dan memilih informasi mana yang dapat dibagikan ke media sosial.
Hal ini diungkapkan oleh salah satu Ketua PBNU Syafi’ Alieha (Savic Ali) dalam sebuah diskusi yang ditayangkan di TV9 New Media.
“Ini menjadi tantangan di dunia pendidikan. Urusan realitas digital ini, literasi digital ini harus masuk di (kurikulum) pendidikan dasar kita. Beberapa negara di Eropa sudah melakukan itu,” ungkapnya dalam diskusi yang ditayangkan TV9 New Media, Jumat (15/7/2022).
Dengan adanya literasi digital masyarakat akan menyadari betapa pentingnya menverifikasi sebuah informasi yang beredar di sosial media. Terlebih masyarakat akan mampu menggunakan informasi tersebut apakah akan memberikan manfaat atau mudharat.
“Jika unsur sanad (pembawa berita) bisa dipercaya dan matan (redaksi berita) masuk akal maka bisa mengarah kepada validitas berita tersebut,” tutur Savic.
Dalam diskusi tersebut juga dijelaskan perkembangan NU Online yang saat ini sudah memasuki umur ke-19. Kehadiran NU Online juga dalam rangka mengedukasi dan meningkatkan kemampuan literasi digital masyarakat sehingga mendapatkan pencerahan, khususnya dalam bidang agama.